MAKALAH
FILSAFAT YUNANI DAN CIRI-CIRINYA
Disusun untuk memenuhi tugas
matakuliah
“Filsafat Umum “
Dosen
pengampu :
ALFIATU
SOLIKAH, S.Ag. M.Pd.I.
Di susun oleh :
Khusniatul
laili
|
932139115
|
Tika
amaliya
|
932139015
|
Muarifah
Binti A
|
932138915
|
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KEDIRI
2015/2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Filsafat merupakan hal yang sangat menarik dan
menantang untuk dibahas. Pada dasarnya filsafat itu sangatlah banyak macamnya.
Mulai dari filsafat yang pertama kali muncul sampai filsafat Islam dan modern
seperti sekarang ini. Untuk itu kami ingin membahas salah satu filsafat yang
ada yaitu filsafat Yunani. Filsafat inilah yang pertama kali muncul dan
mendasari munculnya filsafat-filsafat baru. Di dalamnya ada beberapa objek yang
dibahas dan dijadikan sebagai bahan penyelidikan. Sehingga membuat filsafat ini
dibagi menjadi beberapa macam. Dalam perjalanan sejarahnya, filsafat ini
memiliki tokoh-tokoh yang berbeda dan memiliki aliran yang berbeda pula.
Filsafat Yunani tumbuh begitu pesat dan mendasari tumbuhnya filsafat-filsafat
baru. Selain membahas objek penelitian para filsuf Yunani juga angkat bicara
tentang pendapatnya mengenai konsep roh.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa saja
macam-macam Filsafat Yunani?
2.
Bagaimana
pertumbuhan filsafat Yunani?
3.
Aliran apa saja
yang terdapat dalam filsafat Yunani?
4.
Bagaiman konsep
roh dalam filsafat Yunani?
C. Tujuan
1.
Untuk
mengetahui macam-macam filsafat Yunani.
2.
Untuk
mengetahui pertumbuhan filsafat Yunani.
3.
Untuk
mempelajari beberapa aliran filsafat Yunani.
4.
Untuk
mengetahui pendapat filsuf Yunani mengenai konsep roh.
D. Ruang Lingkup penulisan
Ruang lingkup penulisan
mencakup tentang pengetahuan dan pemahaman yang berkaitan dengan filsafat
yunani, pertumbuhan filsafat Yunani, mempelajari beberapa aliran filsafat Yunani,
mengetahui pendapat filsuf Yunani mengenai konsep roh.
E.
Manfaat Penulisan
Untuk menambah wawasan yang
lebih dalam lagi tentang hal-hal yang berkaitan dengan filsafat Yunani, pertumbuhan filsafat
Yunani, beberapa aliran filsafat Yunani, dan pendapat filsuf Yunani mengenai
konsep roh.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Macam-macam
Filsafat Yunani
1)
Filsafat Alam
meliputi semua yang berhubungan dengan materi dan benda-benda yang bergerak dan
diam. Perubahan yang timbul dan lenyap. Mempelajari filsafat Yunani berarti
meyakinkan kembali lahirnya filsafat. Filsafat dilahirkan karena kemenangan
akal atas dongeng dan mitos. Dongeng dan mitos mulai dicari pembuktiannya
dengan menggunakan akal. Keheranan dan kesangsian mulai dipertentangkan oleh filsuf
alam pada zaman Yunani. Filsuf memandang alam sebagai suatu soal yang bulat. Ia
mencari pengetahuan tentang alam dan penghidupan. Pengetahuan itu senantiasa
dicari dengan tak pernah sampai pada penghabisan. Filsuf mencukil soalnya lebih
dalam, ia tidak puas dengan apa adanya. Filsuf-filsuf Yunani tentang alam yang pertama tidak lahir di tanah airnya sendiri, melainkan di tanah perantauan di
Asia minor. Filsuf Yunanai yang pertama seperti Thales, Anaximandros, dan
Anaaximenes.
a)
Thales (642 – 546 SM)
Thales termasuk yang
disebut tujuh orang bijak yang kesohor dalam cerita-cerita lama Yunani. Thales
digelari sebagai bapak filsafat karena dia-lah yang
mula-mula berfilsafat. Gelar ini diberikan karena ia mengajukan pertanyaan yang
amat mendasar dan jarang diperhatikan orang. Apa sebenarnya bahan alam semesta?
Dia berpendapat bahwa alam semesta terjadi dari air. Alasannya karena air
penting bagi kehidupan dan sebagai sumber kehidupan. Disini akal mulai lepas
dari keyakinan. Akal mulai digunakan, bumi itu terapung
di atas air.
b)
Anaximandros (610 – 547 SM)
Menurut Anaximandros langit itu
bulat seperti bola. Bumi terkandung di tengah-tengahnya, bangunnya seperti
selinder bulat panjang dan datar pada atasnya. Menurutnya asal itu satu, tapi
bukan air. Ia berpatokan pada pendapat gurunya yaitu asal itu tidak dapat
dirupakan dan tidak dapat dipersamakan dengan salah satu barang yang kelihatn
di dunia ini. Segala yang kelihatan
oleh panca indra adalah barang yang mempunyai akhir. Karena itu barang asal
tiada berhingga dan tiada berkeputusan.
c)
Anaximenes (585 – 528 SM)
Menurut Anaximenes barang yang
asal itu satu dan tak terhingga. Namun ia berbeda pendapat dengan gurunya yang
mengatakan barang yang asal itu
tidak ada persamaannya dengan barang yang lahir, dan tidak dapat dirupakan.
Menurutnya barang yang asal itu udara, udara itulah yang satu dan tak
terhingga. Udara merupakan sumber kehidupan. Udara yang memalut dunia ini,
menjadi sebab segala yang hidup. Jika tidak ada
udara, tidak ada yang dapat hidup. Sebagai mana jiwa kita yang tidak lain
adalah udara, menyatukan tubuh kita. Begitu juga udara
mengikat dunia ini menjadi satu, udara bisa jarang bisa juga padat. Kalau udara
jarang, terjadilah api. Kalau udara berkumpul, menjadi rapat terjadilah angin
dan awan. Bertambah padat sedikit lagi turunlah hujan dari awann itu. Dari air
terjadialah tanah dan tanah yang sangata padat menjadi batu.
d)
Epekdokles
Ia dilahirkan di kota Akragas di pulau sisilia.
Masa hidupnya dari tahun
490–430 SM. Epekdokles megajarkan bahwa alam ini pada mulanya satu,
disatukan oleh cinta. Cinta adalah kodrat yang membawa bersatu, bercampur.
Selain itu ia mengajarkan bahwa alam tersusun dari anasir alam, jumlahnya
empat, yaitu: udara, api, air, dan tanah. Masing-masing keempat itu mempunyai
sifat yang empat yaitu: dingin, panas, basah, dan kering.
e)
Anaxagoraas (500 – 248 SM)
Ia dilahirkan
di kota Klezomenes di Asia Minor. Bagi Anaxagoras anasir alam
itu tidak empat melainkan banyak dan tidak terhitug juumlahnya. Barang yang
asal tidak dapat berubah menjadi barang yang baru. Keadaannya tetap, oleh
karena itu anasir asal mestilah ada pada tiap-tiap barang.
f)
Leukipos berasal dari
Militos, Ia murid permenides. Ia pujangga yang pertama sekali mengajarkan atom,
atom berarti tidak dapat dibagi lagi. Atom adalah benda yang sekecil-kecilnya.
Bagian penghabisan dari segala barang, karena sangat kecil atom tidak
kelihatan.
g)
Demokritos (460 – 3360
SM)
Demokritos lahir di
Diabdene, sebuah kota di pantai Trasia bagian Balkan. Ia seorang ahli ilmu alam
yang berpengetahuan luas. Baginya atom itu adalah benda yang bertubuh,
sekalipun sangat halus tubuhnya. Diantara atom itu ada lapang yang kosong,
tempat atom bergerak.
2)
Filsafat Moral
Selain daripada
persoalan Alam yaitu penciptaan manusia dan dunia, juga persoalan moral dan
akhlak manusia banyak dibahas oleh filsuf Yunani.
Aristoteles menguraikan cara berpikir yang teratur mengenai moral. Tiap manusia
diumpamakan dalam hidupnya sebagai seorang peramah. Aritoteles membedakan
antara kesenangan dan kebahagiaan. Kesenangan bersifat sementara, sedangkan
kebahagiaan bersifat abadi. Kesenangan baginya lebih tinggi daripada
kebahagiaan, dan pengetahuan itu menghasilkan kesenangan. Sebuah lukisan akan
lebih indah jika barang itu dikerjakan dengan ilmuu pengetahuan. Sehinggan
barang itu lebih banyak memberikan kegembiraan. Sementara itu Epicurius
mengemukakan, bahwa takut akan mati itu tidak ada dasarnya. Dunia terjadi
sendiri dan hidup akhirat yang abadi tidak ada. Dunia ini terjadi dari pada atom, yang oleh perubahan alam daripada
kekacauan menjadi kosmos. Tidak ada pembicaraan tentang Tuhan. Kemudian ia
tegaskann bahwa kebajikan itu adalah mengecap kelezatan. Karena kejahatan yang
tertinggi adalah kesengsaraan yang amat menyedihkan. Moral baginya adalah
kesenian untuk menghilangkan penderitaan.
B. Pertumbuhan
Filsafat Yunani
1)
Masa Filsuf
Heraklitos (540 – 480 SM)
Heraklitos mempunyai paham
relativisme. Anasir yang asal adalah satu yaitu Api. Api itu lebih daripada air
dan udara. Setiap orang dapat melihat sifatnya yang mudah bergerak dan mudah
bertukar rupa. Segala kejadian di dunia ini serupa dengan api yang tiada
putus-putusnya. Berganti-ganti memakan dan menghidupi dirinya sendiri.
Penghidupan di dunia ini dan kemajuan dunia diumpamakan sebagai air mengalir.
Tidak pernah kita turun mandi dua kali ke dalam air yang itu juga. Dengan kata
lain engkau tidak dapat terjun ke sungai yang sama dua kali karena air sungai
itu selalu mengalir. Demikian juga tidak ada barang yang tetap seperti keadaan
semula. Tiap-tiap barang akan berubah menjadi keadaan sebaliknya. Dunia adalah
tempat pergerakan dan tempat kemajuan yang tidak berkeputusan. Yang baru
mendapatkan tempat menghancurkan yang lama.
2)
Masa Filsuf
Elea mengajarkan bahwa ada itu satu, tidak ada seluk
beluknya dan tidak berubah-ubah. Apa yang tampak bukanlah yang sebenarnya,
melainkan bayangan. Yang ada sebenarnya tidak dapat dilihat oleh pancaindra
melainkan dengan pikiran yang memperhatikan.
a)
Xenophanes (580 – 470 SM)
Xenophanes adalah seorang
yang taat beragama. Ia berpendapat bahwa Tuhan hanya satu yang terbesar
diantara dewa-dewa dan manusia. Tidak serupa dengan makhluk fana dan tidak pula
berpikiran seperti mereka. Tuhan yang Esa itu tidak dijadikan, tidak bergerak
dan tidak berubah-ubah serta menguasai seluruh alam. Dia melihat semuanya,
mendengar semuanya, memimpin alam dengan kekuatan pikirannya.
b)
Permanides adalah seorang
tokoh relativisme. Ia lahir kira-kira tahun 450 SM. Ia sebagai logikawan yang
pertama dalam sejarah filsafat. Semboyannya pendek, yaitu: hanya yang ada itu
ada, yang tidak ada itu tidak. Kebenaran terletak pada pengakuan bahwa yang ada
itu ada, kesalahan persangkaan orang ialah bahwa yang tidak ada itu dikatakan
juga tidak ada dan mesti ada. Menurut Permanides benar
tidaknya suatu pendapat diukur dengan logika. Ukuran kebenaran adalah akal
manusia.
c)
Zeno lahir pada
tahun 490 SM. Ia terkenal tangkas dan tajam pemikirannya. Zeno
merelatifkan kebenaran yang telah mapan pemikirannya adalah: Anak panah yang
meluncur dari busurnya, apakah bergerak atau diam. Menurut Zeno diam.
Diam adalah bila suatu benda pada saat tertentu berada pada suatu tempat. Anak
panah itu suatu saat berada pada suatu tempat, jadi anak panah itu diam.
d) Protogoras
Inti filsafat Protogoras adalah manusia
menjadi ukuran segala sesuatu. Manusia-lah yang
menentukan benar dan tidaknya sesuatu. Manusia itu adalah ukuran dari segalanya,
bagi yang ada karena adanaya, bagi yang tidak ada karena tidak adanya.
Maksudnya semua itu harus ditinjau dari pendirian manusia itu sendiri. Benar
menurut kita belum tentu benar manurut orang lain.
Misalnya angin bagi orang yang sehat dirasa segar, tetapi angin bagi orang yang
sakit dirasakan menggigil dingin.
3)
Masa Filsuf
Sofisme Pada pertengahan abad ke 5 SM timbul aliran
baru dalam filsafat Yunani, sofisme atau sofistik. Sofisme adalah teori
relativisme, menyetarakan segala-galanya.
a)
Georgias
Ia mengatakan tidak ada yang benar, sebab itu
ia disebut nihilisme. Menurutnya jika kita mengetahui sesuatu, pengetahuan itu
tidak dapat kita kabarkan kepada orang lain.
b)
Hippias
Ia mengajarkan berbagai Ilmu, diantaranya ilmu
geografi. Ilmu bintang, hukum bahasa, dan lain sebagainya. Menurutnya, hukum
negeri itu sang pemerkosa bagi manusia, karena ia bertentangan dengan hukum
alam.
c)
Prodikos
Ia berpendapat bahwa mati itu dipandang sebagai
kejadian yang baik sekali untuk menghindarkan kejahatan dalam hidup. Menurutnya
pandai atau tidaknya orang memakai barang tergantung pada derajat moralnya
sendiri.
4)
Masa Filsuf
klasik
a)
Sokrates
Ia meyakinkan orang Athena bahwa tidak semua kebenaran
relatif, malainkan ada kebenaran yang umum yang dapat dipegang oleh semua orang. Sebagian kebenaan memang
relatif, tetapi tidak semuanya.
b)
Plato
Menurut Plato
kebenaran umum itu bukan dibuat dengan cara dialog yang indah seperti Sokrates.
Pengertian umum sudah tersedia di dalam Ide. Ide itu umum, berarti berlaku
umum. Ide bukanlah suatu pikiran, melainkan suatu realita.
c)
Aristoteles
Inti sari
ajaran logikanya ialah syllogismos (silogistik), yaitu menarik kesimpulan dari
kenyataan yang umum atas hal
yang khusus. Jadi mencapai kebenaran tentang sesuatu hal dengan menarik
kesimpulan dari kebenaran yang umum. Contoh: Semua orang akan mati. Zulkifli adalah orang Zulkifli akan mati
C. Aliran
Filsafat Yunani
1. Idealisme.
Tokoh aliran
ini adalah Plato. Aliran ini adalah suatu aliran yang mengagungkan jwa,
menurutnya cita adalah gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani. Aliran
ini memandang bahwa yang nyata adalah Ide. Ide itu selalu tetap atau tidak mengalami
perubahan serta penggeseran.
Prinsip aliran idealisme mendasari semua yang ada dan nyata di alam ini hanya
ide. Dunia ide merupakan lapangan rohani dan bentuknya tidak sama dengan alam
nyata seperti yang nampak dan teargambar. Sedangkan ruangannya tidak terbatas.
1.
Materialisme
Aliran
materialisme adalah aliran filsafat yang berisikan tentang ajaran kebendaan. Di
mana benda merupakan sumber segalanya. Aliran ini berpikir dengan sederhana,
mereka berpikir realitas sebagaimana adanya. Kenyataannya aliran ini memberikan
suatu pernyataan bahwa segala sesuatu yang ada di semua alam ini ialah semua
yang dapat dilihat atau diobservasi. Baik wujud maupun gerak-geraknya serta
peristiwa-peristiwanya.
2.
Rasionalisme
Setelah pemikiran pada
masa pertegahan sampai pada tahap penyempurnaan, yaitu setelah mendapat titik
temu dan kedewasaan berpikir. Alat untuk mencapai ilmu pengetahuan yang secara alamiah
dapat ditarapkan oleh manusia, yaitu akal dan dunia pengalaman. Pelopor aliran
ini adalah Rene Desecartes, menurutnya sumber pengetahuan yang dapat dijadikan
patokan dan dapat diuji kebenarannya adalah rasio. Karena pengetahuan yang
berasal dari proses akal dapat memenuhi yang dituntut ilmu pengetahaun ilmiah.
Ada pendapat yang agak berbeda yaitu menurut Blaise Pascal. Menurutnya akal adalah tumpuan utama dalam menjelajahi pengetahan
untuk menemukan kebenaran dan dapat memberikan kesanggupan dalam menganalisa
bahan. Tetapi pada sisi lain, akal tidak dapat menemukan pengertian yang sempurna tanpa adanya keterkaitan dengan
pengalaman.
D. Pendapat Filsuf Yunani Mengenai Konsep Roh
Konsep Roh dalam Filsafat Yunani Filsuf-filsuf
Yunani dalam sejarahnya telah memikirkan tentang Roh. Bagi mereka adanya roh di
samping badan tidak menjadi persoalan. Bahwa roh mesti ada sebagai unsur yang
tidak dapat dipisahkan dari badan manusia yang hidup. Hanya bagi mereka roh itu
belum memiliki sifat sepiritual, tetapi masih bersifat materil. Sebagaimana
halnya dengan orang primitif
yang masih menganut kepercayaan animisme. Bagi Anaximenes, roh itu
adalah udara yang halus sekali. Udara yang amat halus ini lah yang memelihara
keutuhan badan. Heraklitus berpendapat bahwa roh manusia tersusun dari api yang
halus. Kualitaas roh bergantung pada keadaan
api yang menjadi dasarnya. Bertambah kering api itu, bertambah derajat roh, dan bertambah basah
api itu, bertambah rendah derajat roh. Menurut Democritus, roh tersusun dari atom yang halus dan bersih. Berbentuk
bundar dan licin dan tersebar di seluruh badan manusia. Setelah manusia mati,
atom-atom itu bercerai-berai kembali dan tersebar di udara. Dengan demikian di
udara terdapat atom roh dan suatu ketika berkumpul
lagi menjadi roh dalam tubuh manusia yang lain.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Filsafat Yunani
berdasarkan objek atau bahan yang dijadikan penelitian, dibagi menjadi dua,
yaitu filsafat alam dan filsafat moral. Alam merupakan ciri
khusus bagi filsafat Yunani. Para filsufnya mencari kebenaran tentang
pengetahaun alam dan penghidupan. Filsafat Yunani terus tumbuh dan berkembang,
sehingga menghadirkan beberapa filsuf-filsuf. Yang pertama yaitu filsuf Heraklitos, ia mempunyai suatu paham yang
disebut relativisme. Kemudian ada filsuf Elea yang mengajarkan bahwa ada
itu satu tidak ada seluk beluknya dan tidak berubah. Yang selanjutnya hadir filsuf
Sofisme, masa ini terkenal dengan teori tentang relativisme yang menyetarakan
segala-galanya. Kemudian yang terakhir filsuf klasik, yaitu dimulai dari
filsuf Sokrates, Plato kemudian Aristoteles. Banyaknya filsuf-filsuf
Yunani membuat filsafat ini terbagi menjadi tiga aliran, yaitu:
a.
Idealisme
b.
Materialsme
c.
Rasionalisme
Para filsuf Yunani tak berhenti hanya pada
pembahasan tentang alam dan moral saja, namun sebagian filsuf Yunani juga
angkat bicara tentang konsep Roh. Di antaranya yaitu Anaximenes yang
berpendapat bahwa roh adalah udara yagn sangat halus. Kemudian menurut Heraclitus,
roh manusia itu tersusun dari api. Ada pula Democritus yang berpendapat
bahwa roh tersusun Dari atom yang halus dan
bersih.
PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai
materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak
kekurangan dan kelemahannya karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya
rujukan atau reverensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis
khususnya bagi para pembaca yang budiman
pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.jurukunci.net/2013/11/10-
filsafat yunani.html
Atang, Beni, Filsafat Umum.
W. Brouwer, Heryadi,
Sejarah Filsafat Modern dan Sejaman
Ali Saifullah Antara Filsafat dan Pendidikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar