HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT, ILMU DAN AGAMA
RESUME INI DITULIS UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
FILSAFAT UMUM
Dosen
pengampu
ALFIATU SOLIKAH, M. Pd. I
Disusun Oleh : Kelompok 1
1. Riski Ulya Aziziah (932142515)
2. Dahlia Indah
(932142415)
3. Fadla
Ayu Nur Laili .W (932142615)
Kelas L
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM KEDIRI
2015/2016
HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT, ILMU dan AGAMA
A.
FILSAFAT
Sebelum kita mempelajari apa
saja hubungan antara filsafat, ilmu dan agama, apakah kita tahu filsafat itu apa?
Filsafat adalah berpikir dan merasa sedalam-dalamnya terhadap segala
sesuatunya, sampai kepada inti persoalan. Filsafat sendiri berasal dari kata
Yunani yang tersusun dari dua kata yaitu philos dan sophia. Philos berarti senang, gemar atau
cinta, sedangkan sophia dapat diartikan sebagai
kebijaksanaan. Dengan begitu filsafat dapat diartikan sebagai suatu kecintaan
kepada kebijaksanaan.
Filsafat adalah ilmu istimewa yang mencoba menjawab
masalah-masalah yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa, karena
masalah-masalah tersebut di luar atau di atas jangkauan ilmu pengetahuan biasa.
Kata lain dari filsafat adalah
hakekat dan hikmah, jadi kalau ada orang yang mengatakan ”Apa hikmah dari semua
ini?” berarti mencari latar belakang terdalam kejadian sesuatu dengan kajian
secara filsafati, yaitu apa, bagaimana dan mengapa sesuatu itu terjadi, yang
dalam filsafat disebut dengan ontologi, epistemologi dan aksiologi.
Adapun pengertianya, Ontologi adalah teori tentang ada dan realitas,
meninjau persoalan secara ontologis adalah mengadakan penyelidikan terhadap
sifat dan realitas dengan refleksi rasional serta analisis dan sintetis logika.
Jadi yang pertama dalam pengetahuan dikenal dulu tentang “ada” dan “apa” sesuatu
itu. Epistemologi adalah bagaimana sesuatu itu datang dan bagaimana kita
mengetahuinya, serta bagaimana kita membedakanya dengan yang lain. Bagaimana
adalah pertanyaan yang berkaitan dengan keadaan, jadi berkenan dengan situasi
dan kondisi dimensi ruang dan waktu sesuatu itu. Aksiologi adalah
penerapan pengetahuan, jadi dibahas mulai klasifikasinya, kemudian dengan
melihat tujuan pengetahuan ini sendiri, akhirnya dilihat perkembanganya. [1]
B.
ILMU
Perbedaan yang ditunjukkan antara ilmu
(science) dan filsafat ilmu tidak begitu tajam. Hal itu lebih didasarkan atas
perbedaan niat dari pada perbedaan dalam mata ajaran. Jadi, untuk menyajikan
filsafat ilmu kita menemukan suatu keseimbangan antara apa yang telah ditulis
mereka tentang metode ilmiah dan praktek ilmiah aktual mereka. Ilmu itu
merupakan salah satu dari sekian pengetahuan, dan kadang-kadang disebut juga
dengan nama pengetahuan ilmiah. Karena, metode untuk memperolehnya dilakukan
melalui metode ilmiah. Sedangkan Filsafat Ilmu pada dasarnya ilmu yang
berbicara tentang ilmu pengetahuan yang kedudukannya berada di atas ilmu
lainnya.[2]
Ilmu adalah suatu obyek ilmiah yang memiliki sekelompok
prinsip, dalil, rumus, yang melalui percobaan yang sistematis dilakukan
berulang kali, telah teruji kebenaranya, prinsip-prinsip, dalil-dalil,
rumus-rumus dapat diajarkan dan dapat dipelajari. Ilmu adalah
pengetahuan yang tersusun sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran
pengetahuan mana selalu dapat diperiksa dan ditelaah dengan kritis oleh setiap
orang lain yang mengetahuinya. Itulah sebabnya syarat-syarat ilmu harus
memiliki obyek, terminologi, metodologi, filosofis dan teori yang khas atau
memiliki metode, sistematika yang khas dan musti universal.
Ilmu
adalah tiap kesatuan pengetahuan di mana masing masing bagian bergantungan satu
sama lain yang teratur secara pasti menurut azas-azas tertentu. Ilmu sebagai
sekelompok pengetahuan teratur yang membahas sesuatu sasaran tertentu dengan
pemusatan perhatian kepada satu atau segolongan masalah yang terdapat pada
sasaran itu untuk memperoleh keterangan-keterangan yang mengandung kebenaran. Saat
ini tampaknya sebagian besar para pakar membagi ilmu-ilmu eksakta dan ilmu-ilmu
sosial yang pada satu titik tertentu sangat sulit dibedakan namun pada titik
yang lain sangat berbeda satu sama lain, perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:
Ilmu-ilmu eksakta kesemuanya mempunyai obyek fakta-fakta dan benda-benda alam
serta hukum-hukumnya pasti dan tidak dapat dipengaruhi oleh manusia, sedangkan
ilmu-ilmu sosial hukum-hukumnya relatif tidak sama dalam berbagai ruang dan
waktu.
Ilmu pengetahuan itu ialah hasil usaha
pemahaman manusia yang disusun dalam suatu sistem mengenai hukum-hukum tentang
hal ikhwal yang diseledikinya (alam, manusia, dan juga agama) sejauh yang dapat
dijangkau daya pemikiran manusia yang dibantu penginderaanya yang kebenarannya diuji
secara empiris, riset dan eksperimental.
Ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan
mengenai suatu hal tertentu (objek atau lapangannya), yang merupakan kesatuan
yang sistematis, dan memberikan penjelasan yang dapat dipertanggungjawabkan
dengan menunjukan sebab-sebab hal itu.
Ilmu
pengetahuan lahir karena masyarakat menghendakinya, tetapi walaupun terasa
adanya kebutuhan akan hadirnya sesuatu ilmu tersebut, agar secara universal
dapat diakui sebagai suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, terutama untuk
ilmu-ilmu sosial. Akan halnya filsafat sekarang sudah dianggap disiplin ilmu
tersendiri, hanya saja apakah akan masuk ilmu sosial ataukah ilmu eksakta karena
juga mempunyai kajian probabiliti yang kaku dengan permainan angkanya yang tegas.
Semula filsafat dianggap sebagai induknya ilmu, hal ini sama dengan keinginan
sebagian filosofi Islam yang menjadikan al Quran sebagai sumber segala disiplin
ilmu karena memang ilmu-ilmu eksakta dan sosial dibicarakan di dalam al Quran,termasuk
angka-angkanya dan ini sesuai dengan nama nama al Quran yang selain bernama al
Furqon (pembeda) juga bernama al Hikmah (filsafat).
Dalam
penerapannya, ilmu dapat dibedakan atas:
1. Ilmu Murni (pure science)
2. Ilmu Praktis (applied science)
3. Ilmu Campuran
Yang dimaksud dengan ilmu murni adalah
ilmu itu sendiri, hanya ilmu murni bermanfaat untuk ilmu itu saja dan
berorientasi pada teoritisasi, dalam arti ilmu pengetahuan murni tersebut
terutama bertujuan untuk membentuk dan mengembangkan ilmu pengetahuan secara
abstrak yaitu untuk mempertinggi mutunya. Sedangkan Ilmu Praktis adalah
ilmu itu praktis langsung dapat diterapkan kepada masyarakat karena ilmu itu
sendiri bertujuan untuk mempergunakan hal ikhwal ilmu pengetahuan tersebut
dalam masyarakat banyak, hal tersebut dilaksanakan untuk membantu masyarakat
mengatasi masalah masalah yang dihadapinya. Sedangkan Ilmu Campuran adalah
suatu ilmu selain ilmu murni juga ilmu
terapan yang praktis karena langsung dapat dipergunakan dalam kehidupan
masyarakat umum.
Sedangkan
dalam fungsi kerjanya ilmu juga dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Ilmu Teoritis Rasional, adalah ilmu yang
memakai cara berpikir dengan sangat dominan, deduktif dan mempergunakan
silogisme, misalnya dogmatis hukum.
2. Ilmu Empiris Praktis, adalah ilmu yang cara
penganilasaanya induktif saja, misalnya dalam pekerjaan sosial atau dalam
mewujudkan kesejahteraan umum dalam masyarakat.
3. Ilmu Teoritis Empiris, adalah ilmu yang
memakai cara gabungan berpikir, induktif-deduktif atau sebaliknya deduktif-induktif.[3]
C. AGAMA
Secara istilah, Agama adalah suatu unsur
mengenai pengalaman yang dipandang mempunyai nilai tertinggi, yaitu pengabdian
kepada suatu kekuasaan yang dipercayai sebagai sesuatu yang menjadi asal mula
segala sesuatu, kemudian yang menambah dan melestarikan nilai-nilai dan
sejumlah ungkapan yang sesuai dengan urusan pengabdian tersebut, baik dengan
jalan melakukan upacara yang simbolis maupun melalui perbuatan yang bersifat
perseorangan ataupun secara bersama sama.
Agama
adalah cara yang dipakai manusia dalam menghidupkan hubungannya dengan
kekuatan-kekuatan diatas jangkauan manusia, yaitu kekuatan yang ghaib dan pada
kekuatan-kekuatan tersebutlah, kepercayaan manusia menggantungkan harapannya.
Agama adalah petunjuk bagi manusia untuk membedakan baik-buruk, benar-salah dan
indah-jelek. Petunjuk itu berasal dari Tuhan yang dapat dibuktikan
keberadaannya melalui etika, logika dan estetika. Pembawa agama disebut Nabi
dan petunjuk yang diberikan disebut dengan kitab suci yang berisi kumpulan
firman Tuhan.
Orang
- orang yang memiliki paham untuk memisahkan nilai-nilai luhur agama dari
kehidupan keseharian termasuk dengan kehidupan ilmu pengetahuan, disebut
sebagai paham sekularisme, sedangkan orangnya dikenal sebagai ilmuwan sekular.
Tetapi selain daripada itu, tidak sedikit pula para ilmuwan yang beranggapan
bahwa puncak perenungan dan pemikiran terdalam seorang ilmuwan adalah Tuhan,
karena pada gilirannya ilmuwan akan memikirkan awal dari segala awal yang
menciptakan pengaturan alam raya, dalam peri kehidupan yang multi dimensional
ini, lalu kita menemukan budi, akal dan rasa yang tampak bagaikan secara
sengaja ada yang memprogram, yang tidak boleh tidak berasal dari sesuatu Yang
Maha Berkehendak.
Jadi
penuhanan dalam agama adalah sesuatu yang dengan sadar manusia bersedia untuk
dikuasai oleh-Nya, baik bagi mereka yang hanya mempercayai dengan perasaan
maupun bagi mereka yang memikirkannya dalam perenungan yang filsafati. Secara
filsafat Islam mengizinkan perang kepada ketidak adilan, kepada kedzaliman,
tetapi Islam juga wajib berkasih sayang kepada kebaikan dan kebenaran, hal ini
dilakukan oleh pemerintah yang Islami disebut dengan perbuatan Amar Ma’ruf
Nahi Munkar. Dalam filsafat Islam menurut penulis Allah maha memiliki segala-galanya,
(Wallahu ‘ala kulli syai in qadir) tetapi tidak maha segala-galanya,
karena tidak termasuk kedalam maha goblok, maha tolol,maha pelupa dan seluruh
kriterianya negatif, oleh karena itu untuk nama nama Allah yang indah
diberitahukan 99 nama, lebih dari itu diberitahukan pada kesempatan dunia yang
lain (akhirat).
Selain
nama yang disebutkan diatas dikenal pula sifat Allah yaitu sebagai contoh
adalah tidak ada yang serupa denganNya (Mukhalafatu lil Hawaditsy)
artinya tidak ada Tuhan yang lain.[4]
Manusia
adalah makhluk pencari kebenaran. Ada 3 jalan untuk mencari, menghampiri dan
menemukan kebenaran, yaitu: ilmu, filsafat dan agama. Ketiga cara ini mempunyai
cara-cara tersendiri dalam mencari, menghampiri dan menemukan kebenaran, ketiga
institute termasuk itu mempunyai titik persamaan titik perbedaan dan titik
singgung yang satu terhadap yang lainnya.[5]
KESIMPULAN
Baik
ilmu, filsafat maupun agama bertujuan (sekurang-kurangnya berurusan dengan satu
hal yang sama)yaitu kebenaran. Ilmu pengetahuan dengan metodenya sendiri
mencari kebenaran tentang alam dan manusia. Filsafat dengan wataknya sendiri
pula menghampiri kebenaran. Demikian pula dengan agama. Dengan karakteristiknya
pula memberikan jawaban atas segala persoalan asasi yang dipertanyakan manusia
tentang alam, manusia dan Tuhan.
Walau
demikian, baik ilmu, filsafat maupun agama, juga mempunyai hubungan lain.yaitu
ketiganya dapat digunakan untuk memecahkan masalah pada manusia. Karena setiap masalh
yang dihadapi oleh manusia sangat bermacam-macam. Ada persoalan yang tidak
dapat diselesaikan dengan agama, seprti contohnya cara kerja mesin yang dapat
dipecahkan oleh ilmu pengetahuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar