Selasa, 08 September 2015

HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT, ILMU DAN AGAMA



HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT, ILMU DAN AGAMA

RESUME INI DITULIS UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
FILSAFAT UMUM
Dosen pengampu
ALFIATU SOLIKAH, M. Pd. I

Disusun Oleh : Kelompok 1
1. Riski Ulya Aziziah              (932142515)
 2.  Dahlia Indah                       (932142415)
 3.  Fadla Ayu Nur Laili .W     (932142615)
Kelas L
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM KEDIRI
2015/2016







HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT, ILMU dan AGAMA
A.      FILSAFAT
Sebelum kita mempelajari apa saja hubungan antara filsafat, ilmu dan agama, apakah kita tahu filsafat itu apa? Filsafat adalah berpikir dan merasa sedalam-dalamnya terhadap segala sesuatunya, sampai kepada inti persoalan. Filsafat sendiri berasal dari kata Yunani yang tersusun dari dua kata yaitu philos dan sophia. Philos berarti senang, gemar atau cinta, sedangkan sophia dapat diartikan sebagai kebijaksanaan. Dengan begitu filsafat dapat diartikan sebagai suatu kecintaan kepada kebijaksanaan.
Filsafat adalah ilmu istimewa yang mencoba menjawab masalah-masalah yang tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa, karena masalah-masalah tersebut di luar atau di atas jangkauan ilmu pengetahuan biasa.
Kata lain dari filsafat adalah hakekat dan hikmah, jadi kalau ada orang yang mengatakan ”Apa hikmah dari semua ini?” berarti mencari latar belakang terdalam kejadian sesuatu dengan kajian secara filsafati, yaitu apa, bagaimana dan mengapa sesuatu itu terjadi, yang dalam filsafat disebut dengan ontologi, epistemologi dan aksiologi. Adapun pengertianya, Ontologi adalah teori tentang ada dan realitas, meninjau persoalan secara ontologis adalah mengadakan penyelidikan terhadap sifat dan realitas dengan refleksi rasional serta analisis dan sintetis logika. Jadi yang pertama dalam pengetahuan dikenal dulu tentang “ada” dan “apa” sesuatu itu. Epistemologi adalah bagaimana sesuatu itu datang dan bagaimana kita mengetahuinya, serta bagaimana kita membedakanya dengan yang lain. Bagaimana adalah pertanyaan yang berkaitan dengan keadaan, jadi berkenan dengan situasi dan kondisi dimensi ruang dan waktu sesuatu itu. Aksiologi adalah penerapan pengetahuan, jadi dibahas mulai klasifikasinya, kemudian dengan melihat tujuan pengetahuan ini sendiri, akhirnya dilihat perkembanganya. [1]
B.   ILMU
            Perbedaan yang ditunjukkan antara ilmu (science) dan filsafat ilmu tidak begitu tajam. Hal itu lebih didasarkan atas perbedaan niat dari pada perbedaan dalam mata ajaran. Jadi, untuk menyajikan filsafat ilmu kita menemukan suatu keseimbangan antara apa yang telah ditulis mereka tentang metode ilmiah dan praktek ilmiah aktual mereka. Ilmu itu merupakan salah satu dari sekian pengetahuan, dan kadang-kadang disebut juga dengan nama pengetahuan ilmiah. Karena, metode untuk memperolehnya dilakukan melalui metode ilmiah. Sedangkan Filsafat Ilmu pada dasarnya ilmu yang berbicara tentang ilmu pengetahuan yang kedudukannya berada di atas ilmu lainnya.[2]
Ilmu adalah suatu obyek ilmiah yang memiliki sekelompok prinsip, dalil, rumus, yang melalui percobaan yang sistematis dilakukan berulang kali, telah teruji kebenaranya, prinsip-prinsip, dalil-dalil, rumus-rumus dapat diajarkan dan dapat dipelajari. Ilmu adalah pengetahuan yang tersusun sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran pengetahuan mana selalu dapat diperiksa dan ditelaah dengan kritis oleh setiap orang lain yang mengetahuinya. Itulah sebabnya syarat-syarat ilmu harus memiliki obyek, terminologi, metodologi, filosofis dan teori yang khas atau memiliki metode, sistematika yang khas dan musti universal.
            Ilmu adalah tiap kesatuan pengetahuan di mana masing masing bagian bergantungan satu sama lain yang teratur secara pasti menurut azas-azas tertentu. Ilmu sebagai sekelompok pengetahuan teratur yang membahas sesuatu sasaran tertentu dengan pemusatan perhatian kepada satu atau segolongan masalah yang terdapat pada sasaran itu untuk memperoleh keterangan-keterangan yang mengandung kebenaran. Saat ini tampaknya sebagian besar para pakar membagi ilmu-ilmu eksakta dan ilmu-ilmu sosial yang pada satu titik tertentu sangat sulit dibedakan namun pada titik yang lain sangat berbeda satu sama lain, perbedaan tersebut adalah sebagai berikut: Ilmu-ilmu eksakta kesemuanya mempunyai obyek fakta-fakta dan benda-benda alam serta hukum-hukumnya pasti dan tidak dapat dipengaruhi oleh manusia, sedangkan ilmu-ilmu sosial hukum-hukumnya relatif tidak sama dalam berbagai ruang dan waktu.
Ilmu pengetahuan itu ialah hasil usaha pemahaman manusia yang disusun dalam suatu sistem mengenai hukum-hukum tentang hal ikhwal yang diseledikinya (alam, manusia, dan juga agama) sejauh yang dapat dijangkau daya pemikiran manusia yang dibantu penginderaanya yang kebenarannya diuji secara empiris, riset dan eksperimental.
Ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan mengenai suatu hal tertentu (objek atau lapangannya), yang merupakan kesatuan yang sistematis, dan memberikan penjelasan yang dapat dipertanggungjawabkan dengan menunjukan sebab-sebab hal itu.
            Ilmu pengetahuan lahir karena masyarakat menghendakinya, tetapi walaupun terasa adanya kebutuhan akan hadirnya sesuatu ilmu tersebut, agar secara universal dapat diakui sebagai suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri, terutama untuk ilmu-ilmu sosial. Akan halnya filsafat sekarang sudah dianggap disiplin ilmu tersendiri, hanya saja apakah akan masuk ilmu sosial ataukah ilmu eksakta karena juga mempunyai kajian probabiliti yang kaku dengan permainan angkanya yang tegas. Semula filsafat dianggap sebagai induknya ilmu, hal ini sama dengan keinginan sebagian filosofi Islam yang menjadikan al Quran sebagai sumber segala disiplin ilmu karena memang ilmu-ilmu eksakta dan sosial dibicarakan di dalam al Quran,termasuk angka-angkanya dan ini sesuai dengan nama nama al Quran yang selain bernama al Furqon (pembeda) juga bernama al Hikmah (filsafat).
            Dalam penerapannya, ilmu dapat dibedakan atas:
1.      Ilmu Murni (pure science)
2.      Ilmu Praktis (applied science)
3.      Ilmu Campuran
Yang dimaksud dengan ilmu murni adalah ilmu itu sendiri, hanya ilmu murni bermanfaat untuk ilmu itu saja dan berorientasi pada teoritisasi, dalam arti ilmu pengetahuan murni tersebut terutama bertujuan untuk membentuk dan mengembangkan ilmu pengetahuan secara abstrak yaitu untuk mempertinggi mutunya. Sedangkan Ilmu Praktis adalah ilmu itu praktis langsung dapat diterapkan kepada masyarakat karena ilmu itu sendiri bertujuan untuk mempergunakan hal ikhwal ilmu pengetahuan tersebut dalam masyarakat banyak, hal tersebut dilaksanakan untuk membantu masyarakat mengatasi masalah masalah yang dihadapinya. Sedangkan Ilmu Campuran adalah suatu ilmu selain ilmu murni  juga ilmu terapan yang praktis karena langsung dapat dipergunakan dalam kehidupan masyarakat umum.
            Sedangkan dalam fungsi kerjanya ilmu juga dapat dibedakan sebagai berikut :
1.      Ilmu Teoritis Rasional, adalah ilmu yang memakai cara berpikir dengan sangat dominan, deduktif dan mempergunakan silogisme, misalnya dogmatis hukum.
2.      Ilmu Empiris Praktis, adalah ilmu yang cara penganilasaanya induktif saja, misalnya dalam pekerjaan sosial atau dalam mewujudkan kesejahteraan umum dalam masyarakat.
3.      Ilmu Teoritis Empiris, adalah ilmu yang memakai cara gabungan berpikir, induktif-deduktif atau sebaliknya deduktif-induktif.[3]

C.      AGAMA
            Secara istilah, Agama adalah suatu unsur mengenai pengalaman yang dipandang mempunyai nilai tertinggi, yaitu pengabdian kepada suatu kekuasaan yang dipercayai sebagai sesuatu yang menjadi asal mula segala sesuatu, kemudian yang menambah dan melestarikan nilai-nilai dan sejumlah ungkapan yang sesuai dengan urusan pengabdian tersebut, baik dengan jalan melakukan upacara yang simbolis maupun melalui perbuatan yang bersifat perseorangan ataupun secara bersama sama.
            Agama adalah cara yang dipakai manusia dalam menghidupkan hubungannya dengan kekuatan-kekuatan diatas jangkauan manusia, yaitu kekuatan yang ghaib dan pada kekuatan-kekuatan tersebutlah, kepercayaan manusia menggantungkan harapannya. Agama adalah petunjuk bagi manusia untuk membedakan baik-buruk, benar-salah dan indah-jelek. Petunjuk itu berasal dari Tuhan yang dapat dibuktikan keberadaannya melalui etika, logika dan estetika. Pembawa agama disebut Nabi dan petunjuk yang diberikan disebut dengan kitab suci yang berisi kumpulan firman Tuhan.
            Orang - orang yang memiliki paham untuk memisahkan nilai-nilai luhur agama dari kehidupan keseharian termasuk dengan kehidupan ilmu pengetahuan, disebut sebagai paham sekularisme, sedangkan orangnya dikenal sebagai ilmuwan sekular. Tetapi selain daripada itu, tidak sedikit pula para ilmuwan yang beranggapan bahwa puncak perenungan dan pemikiran terdalam seorang ilmuwan adalah Tuhan, karena pada gilirannya ilmuwan akan memikirkan awal dari segala awal yang menciptakan pengaturan alam raya, dalam peri kehidupan yang multi dimensional ini, lalu kita menemukan budi, akal dan rasa yang tampak bagaikan secara sengaja ada yang memprogram, yang tidak boleh tidak berasal dari sesuatu Yang Maha Berkehendak.
            Jadi penuhanan dalam agama adalah sesuatu yang dengan sadar manusia bersedia untuk dikuasai oleh-Nya, baik bagi mereka yang hanya mempercayai dengan perasaan maupun bagi mereka yang memikirkannya dalam perenungan yang filsafati. Secara filsafat Islam mengizinkan perang kepada ketidak adilan, kepada kedzaliman, tetapi Islam juga wajib berkasih sayang kepada kebaikan dan kebenaran, hal ini dilakukan oleh pemerintah yang Islami disebut dengan perbuatan Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Dalam filsafat Islam menurut penulis Allah maha memiliki segala-galanya, (Wallahu ‘ala kulli syai in qadir) tetapi tidak maha segala-galanya, karena tidak termasuk kedalam maha goblok, maha tolol,maha pelupa dan seluruh kriterianya negatif, oleh karena itu untuk nama nama Allah yang indah diberitahukan 99 nama, lebih dari itu diberitahukan pada kesempatan dunia yang lain (akhirat).
            Selain nama yang disebutkan diatas dikenal pula sifat Allah yaitu sebagai contoh adalah tidak ada yang serupa denganNya (Mukhalafatu lil Hawaditsy) artinya tidak ada Tuhan yang lain.[4]
            Manusia adalah makhluk pencari kebenaran. Ada 3 jalan untuk mencari, menghampiri dan menemukan kebenaran, yaitu: ilmu, filsafat dan agama. Ketiga cara ini mempunyai cara-cara tersendiri dalam mencari, menghampiri dan menemukan kebenaran, ketiga institute termasuk itu mempunyai titik persamaan titik perbedaan dan titik singgung yang satu terhadap yang lainnya.[5]

KESIMPULAN
            Baik ilmu, filsafat maupun agama bertujuan (sekurang-kurangnya berurusan dengan satu hal yang sama)yaitu kebenaran. Ilmu pengetahuan dengan metodenya sendiri mencari kebenaran tentang alam dan manusia. Filsafat dengan wataknya sendiri pula menghampiri kebenaran. Demikian pula dengan agama. Dengan karakteristiknya pula memberikan jawaban atas segala persoalan asasi yang dipertanyakan manusia tentang alam, manusia dan Tuhan.
            Walau demikian, baik ilmu, filsafat maupun agama, juga mempunyai hubungan lain.yaitu ketiganya dapat digunakan untuk memecahkan masalah pada manusia. Karena setiap masalh yang dihadapi oleh manusia sangat bermacam-macam. Ada persoalan yang tidak dapat diselesaikan dengan agama, seprti contohnya cara kerja mesin yang dapat dipecahkan oleh ilmu pengetahuan.


[1] Inu kencana syafiie, Filsafat Politik (Bandung, Mandar Maju, 2005), 3.
[2] Conny R. Semiawan, Dimensi Kreatif Dalam Filsafat Ilmu (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), Hal. 45
[3] Inu kencana syafiie, filsafat politik (Bandung: Mandar Maju, 2005),6.
[4] Inu kencana syafiie, Filsafat Politik (Bandung : Mandar Maju,2005), 222.
[5] https;//gueem.wordpress.com/ Hubungan-Antara-Ilmu-Filsafat Dan Agama pada tanggal 7 September 2015          




                                                                                                                                                                                      




Tidak ada komentar:

Posting Komentar